REVIEW
JURNAL
Nurnaningsih. 2011. Bimbingan kelompok untuk meningkatkan
kecerdasan emosional siswa. Edisi khusus No. 1, Agustus 2011. 268-278.
A.
Pendahuluan
Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu
tugas berupa tugas perkembangan yang mesti dilalui sesuai dengan tahap
perkembangannya. Pemenuhan terhadap tugas perkembangan dapat dibantu melalui
proses pendidikan. Menurut Averoz (2008) diharapkan setiap siswa memperoleh
pendidikan secara wajar menuju proses pendewasaan. Proses pendewasaan
hakikatnya adalah tugas keluarga dengan lingkungan yang kondusif. Kendatipun
demikian sekolah merupakan salah satu lembaga yang membantu proses pendewasaan
serta membentuk manusia muda menuju kematangan.
Dalam pembelajaran di sekolah sering
ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan
kemampuan inteligensinya. Terdapat siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi
tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa
yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi
belajar yang relatif tinggi. Oleh karenanya taraf inteligensi bukan merupakan
satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor
lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual
(IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan
faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional
Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama.
Individu yang memiliki kemampuan
kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam
menenangkan dirinya dengan cepat, lebih terampil dalam memusatkan perhatian,
lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami
orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik (Gottman, 2001). Oleh
karenanya untuk dapat mengembangkan serta meningkatkan kecerdasan emosional
siswa, perlu disusun sebuah program yang tepat dalam upaya meningkatkan
kecerdasan emosional siswa tersebut. Salah satu program yang dapat dilakukan
yaitu program bimbingan kelompok dengan menggunakan berbagai teknik yang
diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa.
B.
Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian eksperimen (eksperimental research) dengan jenis variasi
kuasi eksperimen yang bertujuan menguji salah satu variabel, model kuasi
eksperimen ini berkaitan dengan pengontrolan variabel, jadi siswa diberikan
instrumen kecerdasan emosional lalu didapatkan hasilnya, setelah itu
didapatkanlah satu kelompok siswa yang masuk kedalam kelompok eksperimen dan
satu kelompok siswa yang masuk ke dalam kelompok kontrol, desainnya
mempergunakan desain kelompok kontrol Prates-Pascates Berpasangan (matching
Pretest-PostTest Kontrol Group Design.
Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini yaitu dengan mengguna-kan probability sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel dimana seluruh elemen populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk dijadikan sampel. Probability sampling yang dipakai adalah dengan
sampel random sampling, yaitu merupakan suatu pengambilan sampel secara acak.
Dalam hal ini penulis mengambil sampel teknik random sampling atau secara acak,
karena salah satu cara pengambilan sampel yang representatif adalah secara acak
atau random. Pengambilan sampel secara acak berarti setiap individu dalam
populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
C.
Hasil
- Profil Kecerdasan emosional siswa.
Tahap awal penelitian ini adalah dengan
mengemukakan profil umum kecerdasan emosional siswa sebelum mengikuti
pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok. Hal ini dilakukan untuk melihat secara
umum bagaimana profil siswa sebelum mengikuti bimbingan kelompok.
- Rumusan program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa.
Komponen program yang dikembangkan
meliputi (1) layanan dasar bimbingan, (2) layanan responsive, (3) perencanaan
individual dan (4) dukungan sistem.
- Efektifitas program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa.
Ø Pengujian
asumsi statistic
Pelaksanaan pengujian asumsi statistik
yang disyaratkan dalam analisis data menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai
dengan tujuan pengujian. Data dalam penelitian harus normal artinya data yang
dihubungkan berdistribusi normal, maka perlu diuji normalitas.
Ø Pengujian
hipotesis penelitian
Untuk menguji efektivitas pelaksanaan
bimbingan kelompok, langkah yang digunakan adalah dengan membandingkan gain atau
selisih pretest posttets pada kelompok eksperimen dan gain atau
selisih pretest-posttest pada kelompok eksperimen.
D.
Diskusi
1.
Implikasi
Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran, analisis data
penelitian, uji statistik serta pembahasan pada bagian terdahulu tentang
program bimbingan kelompok, studi pendahuluan, gambaran umum serta kuesioner
terhadap peningkatan kemampuan kecerdasan emosional pada siswa, secara
keseluruhan studi ini telah memenuhi tujuannya yaitu pelaksanaan program
bimbingan kelompok yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan
emosional siswa. Siswa juga di harapkan agar memiliki kecerdasan emosional (EQ)
dalam dirinya. Kercerdasan emosional dapat membantu siswa agar tumbuh dan
berkembang secara optimal.
2.
Keterbatasan Studi
Mengenai keterbatasan studi ini, peneliti melakukan penelitian
dengan beberapa sampel siswa untuk di jadikan contoh subjek dalam
penelitiannya. Dari beberapa sampel yang telah di ambil, penelitian ahirnya
membentuk konseling kelompok untuk bisa membereikan masukan kepada siswa yang
memiliki kecerdasan emosional yang belum sesuai atau masih kurang.
3.
Rekomendasi
Setelah melihat penelitian si peneliti, seharusnya peneliti dalam
mengambil sampel tidak menggunakan sampel random (acak), karna sampel acak
memiliki ketebatasan dalam peserta. Peserta tidak bisa semua di ketahui apakah
memiliki kecerdasan emosional yang cukup ataukah masih kurang. Namun,
keterbatasan waktu yang di miliki menjadi pertimbangan peneliti dalam mengambil
sampel secara acak.