BAB I
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penyusun
panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONFLIK”. Makalah ini bertujuan agar
dapat memahami tentang konflik,
akibat konflik dan faktor – faktor penyebab konflik.
Penyusun
menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terimakasih yang setulus - tulusnya
kepada Ibu Hj. Enik Nur Kholidah, S.Pd, M., yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Penyusun
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk
itu penyusun mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini. Sebelum dan sesudahnya penyusun ucapkan terimakasih. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik berasal dari kata kerja latin configere
yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi
oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi.
Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik
yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak
sempurna dapat menciptakan konflik.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah yang akan dibahas
yaitu:
1.
Apa definisi konflik?
2.
Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik?
3.
Apa saja wujud peristiwa konflik?
4.
Apa saja yang menjadi akar konflik?
5.
Apa saja yang menjadi sumber konflik?
6.
Motif apa sajakah yang melatarbelakangi terjadinya
konflik?
7.
Bagaimanakah model dalam penyelesaian konflik?
8.
Apa yang dimaksud dengan manejemen konflik?
C. Tujuan
Melalui
makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat
:
1.
Menambah wawasan tentang konflik dan manajemen konflik.
2.
Menggunakan model
penyelesaian konflik yang benar dalam menyelesaikan konflik.
D. Manfaat
1.
Manfaat Teoritis
Untuk memperluas wawasan ilmu pengetahuan sosial khususnya konlflik dan
manajemen konflik.
2.
Manfaat Praktis
Mahasiswa mampu mnyelesaikan konflik baik di rumah maupun di masyarakat
dengan menggunakan model penyelesaian konflik yang sesuai.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Definisi Konflik
Konflik dalam kamus
umum bahasa Indonesia adalah pertentangan atau percecokan. Manajemen konflik
merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam
suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi
kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang
berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang
akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara
pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993)
bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau
pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik
dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif,
bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri
sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak
ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi
(termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan
dan penafsiran terhadap konflik.
Fisher dkk (2001:7)
menggunakan istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam menggambarkan
situasi secara keseluruhan.
1. Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah
timbulnya konflik yang keras.
2. Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk
mengakhiri perilaku kekerasan melalui persetujuan damai.
3. Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi
dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi
pihak-pihak yang terlibat.
4. Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik
dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara
kelompok-kelompok yang bermusuhan.
5. Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber
konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan
negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif.
Tahapan-tahapan diatas
merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik. Sehingga
masing-masing tahap akan melibatkan tahap sebelumnya misalnya pengelolaan
konflik akan mencakup pencegahan dan penyelesaian konflik.
Sementara Minnery (1980:220) menyatakan
bahwa manajemen konflik merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan proses.
Minnery (1980:220) juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan kota merupakan bagian yang rasional dan bersifat iteratif,
artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik perencanaan kota secara terus menerus mengalami
penyempurnaan sampai mencapai model yang representatif dan ideal. Sama halnya
dengan proses manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen
konflik perencanaan kota meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap
keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi
karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka
dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan
untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan
atau pihak ketiga dalam mengelola konflik. Keseluruhan proses tersebut
berlangsung dalam konteks perencanaan kota
dan melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai
partisipan atau pihak ketiga.
B. Faktor Penyebab Konflik
Menurut Sumaatmaja (2003:6.5) penyebab konflik adalah
tiap-tiap manusia mempunyai sifat, watak, kehendak, dan kepentingannya
masing-masing. Kehendak dan kepentingan orang di sekitarnya, maka akan terjalin
hubungan kerja sama yang harmonis untuk mewujudkan keinginannya dan harapannya.
Namun kenyataannya tidak jarang kehendak dan keinginan serta kepentingan manusia
yang satu dengan yang lainnya itu saling bertabrakan, maka akibatnya akan
terjadi konflik diantara manusia itu.
Sedangkan penyebab konflik menurut (:65) adalah sebagai berikut.
a.
Perbedaan taraf kekuasaan yang dipegang berbagai
kelompok dalam masyarakat.
b.
Tersedianya sumber-sumber daya yang serba terbatas akan
menimbulkan pertikaian untuk memperebutkan sumber-sumber daya tersebut.
C. Akar Konflik
Menurut (:78) akar konflik adalah kekuasaan dan wewenang. Dimana peranan
yang berkuasa mempunyai kepentingan untuk mempertahankan keadaan dan yang
dikuasai berkepentingan untuk membagi kembali kekuasan atau wewenang tersebut.
D. Sumber Konflik
Sumaatmaja (2003:6.5) menyebutkan bahwa sumber-sumber konfli antar suku
bangsa dan golongan dalam Negara-negara berkembang seperti Indonesia , ada paling sedikit 5
macam yaitu sebagai berikut.
1.
Konflik bisa
terjadi kalau warga dari dua suku bangsa masing-masing bersaing dalam hal
mendapatkan lapangan mata pencaharian hidup yang sama.
2.
Konflik bisa
terjadi kalau warga dari satu suku bangsa mencoba memaksakan unsur-unsur dari
kebudayaan kepada warga dari suatu suku bangsa lain.
3.
Konflik yang sama
dasarnya, tetapi lebih fanatik dalam wujudnya, bisa terjadi kalau warga dari
satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep-konsep agamanya terhadap warga dari
suku lain dari suku bangsa lain yang berbeda agama.
4.
Konflik terang akan terjadi kalau satu suku bangsa
berusaha mendominasi suatu suku bangsa lain secara politis.
5.
Potensi konflik terpendam ada dalam hubungan anatar
suku-suku bangsa yang telah bermusuhan secara adat.
E. Motif Konflik
Sumaatmaja (2003:6.6) menyebutkan bahwa sebenarnya secara kodrati setiap
manusia ingin merasa aman dalam hidup dan kehidupannya di masyarakat. Aman
berarti bahwa kepentingan-kepentingannya tidak terganggu, ia dapat memenuhi
kepentingan-kepentingannya dengan tenang. Oleh sebab itu ia mengharapkan
kepentingan-kepentingannya dilindungi dari gangguan-gangguan atau hal-hal yang
mengancam kepentingannya.
Jadi motif konflik adalah adanya keinginan memenuhi
kepentingan-kepentingan pribadi atau golongan. Yang jika kepentingan yang satu
dengan yang lain tidak sama maka terjadi konflik.
F. Model Penyelesaian Konflik
Ada beberapa model penyelesaian konflik diantaranya adalah sebagai
berikut.
- Model penyelesaian konflik menurut Sumaatmaja (2003:6.7)
adalah sebagai berikut.
a.
Warga dari dua suku bangsa yang berbeda dapat saling
bekerjasama secara social ekonomis.
b.
Ada
penetralisasi dari pihak ketiga.
- Model penyelesaian konflik menurut Susanto
(1977:123) adalah sebagai berikut.
a.
Akomodasi
Susanto menyebutkan bahwa accommodation
menurut Ogburn dan Nimkoff adalah actual
working together of individuals or groups inspite of differences or latent
hostility. Maksudnya adalah bersama-sama bekerja menjembatani individu atau
kelompok yang sedang bertikai atau yang sedang bermusuhan agar keduanya
terjalin komunikasi yang baik.
b.
Kerja sama
Setelah tahap akomodasi dilaluli maka akan terjadi komunikasi anatara
kedua belah pihak sehingga terjadilah kesamaan pandangan dan tujuan. Kesamaan
pandangan dan tujuan ini akan melahirkan kerjasama.
c.
Koordinasi
Tercapainya situasi dimana orang atau kelompok mengharapkan dan mempunyai
kesediaan untuk bekerjasama, maka tercapai fase ini.
d.
Asimilasi
Pada fase ini terjadi proses mengakhiri kebiasaan lama dan sekaligus
mempelajari dan menerima kehidupan yang baru. Ynag artinya konflik sudah
berakhir.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konflik berasal dari kata kerja latin configere
yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Faktor – faktornya
pun beragam mulai dari ketidakpuasan terhadap pemerintah, pertemuan dua kelompok
yang saling memiliki perbedaan untuk merebutkan suatu hal yang sama.
B.
Saran
Setiap
ada konflik, mahasiswa hendaknya memperhatikan faktor-faktor penyebab konflik,
akar konflik, sumber konflik, dan motif konflik sebelum menyelesaikan konflik
tersebut. Hal ini untuk mengantisipasi salahnya penanganan konflik yang sedang
terjadi. Apabila faktor-faktor tersebut diketahui maka penyelesaian konflik
akan mudah dan tepat.
terima kasih kakak atas tambahan dan sarannya.. :)
BalasHapus