Minggu, 16 Desember 2012

Makalah BK sosial "KONFLIK"


BAB I
KATA PENGANTAR

               Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONFLIK”. Makalah ini bertujuan agar dapat memahami tentang konflik, akibat konflik dan faktor – faktor penyebab konflik.
               Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terimakasih yang setulus - tulusnya kepada Ibu Hj. Enik Nur Kholidah, S.Pd, M., yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
               Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu penyusun mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Sebelum dan sesudahnya penyusun ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
  
BAB II
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah yang akan dibahas yaitu:
1.         Apa definisi konflik?
2.         Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik?
3.         Apa saja wujud peristiwa konflik?
4.         Apa saja yang menjadi akar konflik?
5.         Apa saja yang menjadi sumber konflik?
6.         Motif apa sajakah yang melatarbelakangi terjadinya konflik?
7.         Bagaimanakah model dalam penyelesaian konflik?
8.         Apa yang dimaksud dengan manejemen konflik?

C.    Tujuan
     Melalui makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1.         Menambah wawasan tentang konflik dan manajemen konflik.
2.         Menggunakan model  penyelesaian konflik yang benar dalam menyelesaikan konflik.

D.    Manfaat
1.         Manfaat Teoritis
Untuk memperluas wawasan ilmu pengetahuan sosial khususnya konlflik dan manajemen konflik.
2.         Manfaat Praktis
Mahasiswa mampu mnyelesaikan konflik baik di rumah maupun di masyarakat dengan menggunakan model penyelesaian konflik yang sesuai.

BAB III
PEMBAHASAN

A.      Definisi Konflik
Konflik dalam kamus umum bahasa Indonesia adalah pertentangan atau percecokan. Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
Fisher dkk (2001:7) menggunakan istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam menggambarkan situasi secara keseluruhan.
1.      Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras.
2.      Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui persetujuan damai.
3.      Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat.
4.      Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan.
5.      Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif.
Tahapan-tahapan diatas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik. Sehingga masing-masing tahap akan melibatkan tahap sebelumnya misalnya pengelolaan konflik akan mencakup pencegahan dan penyelesaian konflik.
Sementara Minnery (1980:220) menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan proses. Minnery (1980:220) juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan kota merupakan bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik perencanaan kota secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang representatif dan ideal. Sama halnya dengan proses manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen konflik perencanaan kota meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik. Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan kota dan melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai partisipan atau pihak ketiga.
B.     Faktor Penyebab Konflik
Menurut Sumaatmaja (2003:6.5) penyebab konflik adalah tiap-tiap manusia mempunyai sifat, watak, kehendak, dan kepentingannya masing-masing. Kehendak dan kepentingan orang di sekitarnya, maka akan terjalin hubungan kerja sama yang harmonis untuk mewujudkan keinginannya dan harapannya. Namun kenyataannya tidak jarang kehendak dan keinginan serta kepentingan manusia yang satu dengan yang lainnya itu saling bertabrakan, maka akibatnya akan terjadi konflik diantara manusia itu.
Sedangkan penyebab konflik menurut (:65) adalah sebagai berikut.
a.       Perbedaan taraf kekuasaan yang dipegang berbagai kelompok dalam masyarakat.
b.      Tersedianya sumber-sumber daya yang serba terbatas akan menimbulkan pertikaian untuk memperebutkan sumber-sumber daya tersebut.
C.    Akar Konflik
Menurut (:78) akar konflik adalah kekuasaan dan wewenang. Dimana peranan yang berkuasa mempunyai kepentingan untuk mempertahankan keadaan dan yang dikuasai berkepentingan untuk membagi kembali kekuasan atau wewenang tersebut.
D.    Sumber Konflik
Sumaatmaja (2003:6.5) menyebutkan bahwa sumber-sumber konfli antar suku bangsa dan golongan dalam Negara-negara berkembang seperti Indonesia, ada paling sedikit 5 macam yaitu sebagai berikut.
1.       Konflik bisa terjadi kalau warga dari dua suku bangsa masing-masing bersaing dalam hal mendapatkan lapangan mata pencaharian hidup yang sama.
2.       Konflik bisa terjadi kalau warga dari satu suku bangsa mencoba memaksakan unsur-unsur dari kebudayaan kepada warga dari suatu suku bangsa lain.
3.       Konflik yang sama dasarnya, tetapi lebih fanatik dalam wujudnya, bisa terjadi kalau warga dari satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep-konsep agamanya terhadap warga dari suku lain dari suku bangsa lain yang berbeda agama.
4.      Konflik terang akan terjadi kalau satu suku bangsa berusaha mendominasi suatu suku bangsa lain secara politis.
5.      Potensi konflik terpendam ada dalam hubungan anatar suku-suku bangsa yang telah bermusuhan secara adat.
E.     Motif Konflik
Sumaatmaja (2003:6.6) menyebutkan bahwa sebenarnya secara kodrati setiap manusia ingin merasa aman dalam hidup dan kehidupannya di masyarakat. Aman berarti bahwa kepentingan-kepentingannya tidak terganggu, ia dapat memenuhi kepentingan-kepentingannya dengan tenang. Oleh sebab itu ia mengharapkan kepentingan-kepentingannya dilindungi dari gangguan-gangguan atau hal-hal yang mengancam kepentingannya.
Jadi motif konflik adalah adanya keinginan memenuhi kepentingan-kepentingan pribadi atau golongan. Yang jika kepentingan yang satu dengan yang lain tidak sama maka terjadi konflik.
F.     Model Penyelesaian Konflik
Ada beberapa model penyelesaian konflik diantaranya adalah sebagai berikut.
  1. Model penyelesaian konflik menurut Sumaatmaja (2003:6.7) adalah sebagai berikut.
a.       Warga dari dua suku bangsa yang berbeda dapat saling bekerjasama secara social ekonomis.
b.      Ada penetralisasi dari pihak ketiga.
  1. Model penyelesaian konflik menurut Susanto (1977:123) adalah sebagai berikut.
a.       Akomodasi
Susanto menyebutkan bahwa accommodation menurut Ogburn dan Nimkoff adalah actual working together of individuals or groups inspite of differences or latent hostility. Maksudnya adalah bersama-sama bekerja menjembatani individu atau kelompok yang sedang bertikai atau yang sedang bermusuhan agar keduanya terjalin komunikasi yang baik.
b.      Kerja sama
Setelah tahap akomodasi dilaluli maka akan terjadi komunikasi anatara kedua belah pihak sehingga terjadilah kesamaan pandangan dan tujuan. Kesamaan pandangan dan tujuan ini akan melahirkan kerjasama.
c.       Koordinasi
Tercapainya situasi dimana orang atau kelompok mengharapkan dan mempunyai kesediaan untuk bekerjasama, maka tercapai fase ini.
d.      Asimilasi
Pada fase ini terjadi proses mengakhiri kebiasaan lama dan sekaligus mempelajari dan menerima kehidupan yang baru. Ynag artinya konflik sudah berakhir.
                                                                                  
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Faktor – faktornya pun beragam mulai dari ketidakpuasan terhadap pemerintah, pertemuan dua kelompok yang saling memiliki perbedaan untuk merebutkan suatu hal yang sama.
B.     Saran
Setiap ada konflik, mahasiswa hendaknya memperhatikan faktor-faktor penyebab konflik, akar konflik, sumber konflik, dan motif konflik sebelum menyelesaikan konflik tersebut. Hal ini untuk mengantisipasi salahnya penanganan konflik yang sedang terjadi. Apabila faktor-faktor tersebut diketahui maka penyelesaian konflik akan mudah dan tepat.

1 komentar: